Setelah Beras, Mentan Amran Fokus Peningkatan Produksi dan Hilirisasi Komoditas Perkebunan

By Admin


nusakini.com, Yogyakarta (29/7) — Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyampaikan strategi lanjutan pembangunan pertanian nasional yang kini mulai berfokus pada hilirisasi komoditas perkebunan. Hal ini ia sampaikan saat menjadi pembicara pada Rapat Koordinasi Pembangunan Daerah (Rakordal) Triwulan II Tahun 2025 yang digelar Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan tema “Penguatan Ketahanan Pangan di DIY melalui Transformasi dan Optimalisasi Lumbung Mataraman”.

Setelah mencetak capaian bersejarah dengan stok beras nasional tertinggi sepanjang sejarah mencapai 4,2 juta ton, Mentan menilai saatnya Indonesia naik kelas, dari sekadar penghasil bahan mentah menjadi negara pengolah dan eksportir produk perkebunan bernilai tambah tinggi.

“Selama ini, negara lain mengolah kakao dan kopi kita, lalu mengekspor dengan nilai puluhan kali lipat. Kini saatnya Indonesia yang memimpin hilirisasi komoditas kita sendiri,” tegas Amran di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. 

Menurutnya, hilirisasi bukan hanya soal peningkatan nilai ekspor, tapi juga soal menciptakan lapangan kerja baru, industri desa, dan penguatan ekonomi lokal. Pemerintah pusat telah menyiapkan anggaran awal Rp40 triliun untuk pengembangan industri pengolahan kelapa, kakao, mente, dan kopi.

Amran menargetkan peningkatan nilai ekspor dari Rp20 triliun menjadi Rp2.000 triliun bila pengolahan dilakukan di dalam negeri. “Kita stop jadi penonton. Mulai sekarang, komoditas unggulan kita harus diolah oleh anak bangsa sendiri,” tambahnya.

Dalam forum yang juga dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan akademisi UGM Prof. Jamhari tersebut, Mentan Amran memaparkan data bahwa pertanian kini menjadi sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar nasional, yakni mencapai 10,52%.Capaian ini diperkuat oleh keberhasilan menjaga stok pangan nasional di tengah ancaman krisis global.

Data BPS menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyerap 19,41 % tenaga kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2024, menjadikannya sebagai sektor lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbesar kedua setelah perdagangan.

Angka ini menegaskan bahwa pertanian tetap menjadi tulang punggung ekonomi daerah, serta menjadi tumpuan hidup jutaan keluarga di pedesaan. Amran juga menyoroti pentingnya transformasi pertanian berbasis teknologi tinggi, dari drone hingga mesin tanam otomatis. Mentan menyebut DIY sebagai role model nasional dibidang pertanian.

“Dengan kombinasi karakter pemimpin seperti Pak Sultan, teknologi, dan kolaborasi lintas sektor, saya yakin Indonesia akan jadi negara superpower di dunia,” tutup Amran. (*)